cah aliemzzz

Kamis, 08 Januari 2015

Sebuah Cerita Nyata Tentang Sebagian Banyak Orang Disekitar


Kita Suatu sore, seorang pemuda datang ke sebuah restoran yang menjual ayam goreng dan membeli 9 potong ayam. Ia membawa ayam gorengnya ke taman, untuk dinikmati bersama kekasihnya di bawah sinar rembulan yang romantis. Ketika membuka bungkusan ayam goreng itu, pemuda itu terkejut. Bukan ayam yang didapatinya, melainkan uang hasil penjualan restoran itu sebanyak 9 Jt rupiah. 
Pemuda itu kemudian mengembalikan uang itu dan meminta ayam goreng sebagai gantinya. Pemilik restoran, merasa kagum atas kejujuran si pemuda, menanyakan namanya dan mengatakan hendak menelpon wartawan surat kabar dan stasiun televisi agar membuat cerita tentang si pemuda. Ia akan menjadi pahlawan, sebuah contoh nilai kejujuran dan moral yang akan mengilhami yang lain! Namun pemuda yang sedang lapar itu menolaknya. "Kekasihku sedang menunggu. Aku hanya ingin ayam gorengku."
 Pemilik restoran menjadi semakin kagum atas sikap si pemuda yang begitu rendah hati. Ia memohon agar diijinkan menceritakan kejadian itu kepada wartawan. Pada saat itulah si pemuda jujur menjadi marah dan meminta ayam gorengnya. "Aku tidak mengerti" kata pemilik restoran. "Anda adalah satu-satunya pemuda jujur di tengah dunia yang tidak jujur! Ini merupakan suatu kesempatan yang baik untuk mengatakan kepada dunia bahwa masih ada orang-orang jujur yang mau bertindak benar. Saya mohon, beritahukan nama Anda dan juga nama wanita itu.
 Apakah ia istrimu?" "Itulah masalahnya," kata si pemuda. "Istriku ada di rumah. Wanita di dalam mobil itu adalah kekasihku. Sekarang berikan ayamku agar aku dapat pergi dari sini." 
Moral of the story:............................
         Mudah untuk terlihat baik di depan orang-orang yang tidak mengenalmu. Banyak di antara kita yang melakukan perbuatan baik di sana sini, pergi ke tempat ibadah, berkata benar, dan semua orang mengira kita adalah sosok ideal yang sebenarnya tidak demikian. Yang terpenting adalah apa yang ada di dalam hatimu. Tidaklah penting berapa banyak hal yang kau perbuat atau apa yang orang lain kira tentang dirimu. Yang terpenting adalah mengeluarkan hal-hal terbaik yang ada dalam dirimu. Jangan lakukan sesuatu supaya orang lain menyukaimu atau supaya seseorang kagum padamu - lakukan sesuatu untuk menghargai dirimu sendiri, jadikan dirimu seseorang yang lebih baik.
Read More ->>

Rabu, 07 Januari 2015

rasa malu masuk ke syurga

sukses selalu :*


Banyak orang yang menyangka kalau sudah rajin sholat, rajin ibadah,
pasti “tiket” ke syurga sudah di kantong, seperti dia sudah yakin banget
 bahwa syurga pasti dimasukinya. Kebanyakan orang lupa bahwa bukan
ibadahnya yang menyebabkan dia dapat dimasukan ke dalam syurga, tapi
semat-mata karunia Allah SWT. Menagapa? Coba kita lihat uraian berikut
ini.

Betapapun banyak amal yang kita lakukan, tak sebanding dengan umur yang
telah diberikan Allah SWT pada kita, menurut perkiraan kita, kita sudah
beramal banyak, nyatanya jika dihitung secara cermat, ibadah kita
ternyata hanya sedikit sekali. Faktanya dari kehidupan sehari-hari,
waktu untuk tidur lebih banyak dibandingkan waktu ibadah.
Coba saja hitung dalam setiap hari, yang riil aja, misalnya, sholat
sehari semalam 5 waktu kali rata- rata 6 menit, di jumlah hanya 30 menit
 saja kita sholat sehari semalam. Sedang kita tidur setiap hari
rata-rata 6- 8 jam ! Minim sekali ibadah kita pada Allah, itupun belum
tentu diterima Allah, apa lagi kalau dibarengi dengan riya, maka ibadah
kita tak bernilai apapun, nilai ibadah kita nol, kalau dibarengi dengan
riya, ingin di puji atau alasan lainnya yang bukan karena Allah SWT.

Dan kalau mau dihitung-hitung, rasanya tak pantas kita mendapat syurga,
tak pantas kita dimasukan ke dalam syurga di akherat nanti, mengapa ?
Karena ibadah kita sedikit sekali, sedangkan dosa kita banyak sekali,
hampir tiap hari dosa kita lakukan, ada aja dosa yang kita lakukan, ntah
 dosa kecil yang tidak kita merasa melakukan sampai dosa yang sengaja
dilakukan.

Dari dosa yang disebabkan anggota tubuh, seperti mata, telinga, mulut,
tangan, kaki, hati dan lain sebagainya. Mata berdosa dengan melihat yang
 bukan haknya, telinga berdosa dengan mendengar hal-hal yang tak baik,
mulut berdosa dengan kata-kata yang menyakiti hati orang lain , gibah
dan fitnah, begitu juga tangan dan kaki juga berdosa ketika digunakan
pada jalan yang dimurkainya. Sedangkan hati ikut berdosa karena, telah
merendahkan orang lain dan mengunjingkannya, walaupun tidak
dikatakannya.

Banyak orang mengira bahwa amal ibadahnya sudah banyak sekali, tapi
terkadang lupa, karena ibadahanya sering diikuti dengan niat yang keliru
 alias bukan karena Allah, tapi ingin di katakan pahlawan, bagi yang
perang melawan penjajah, ingin dikatakan dermawan bagi yang menyumbang
atau beramal dengan harta, atau ingin disebut ilmuwan bagi yang beramal
dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Padahal amal apapun namanya, bila niatnya untuk mencari ridho Allah atau
 semata-mata hanya karena Allah, itulah amal yang insya Allah akan
diterimaNya. Namun bila terjadi sebaliknya, bukan pahala yang didapat,
tapi kehinaan dariNya. Bukan syurga yang didapat, bisa jadi malah nereka
 menjadi tempatnya yang abadi.

Jangan pernah beranggapan bahwa kalau kita masuk syurga ( ingat, kalau !
 ) itu karena ibadah kita, bukan, bukan ibadah kita yang menyebabkan
kita masuk syurga, tapi kasih sayang Allah semata. Karena kalau ibadah
yang menyebabkan kita masuk syurga, malu kita ! Ibadah kita amat sangat
sedikit sekali, dan kalau untuk membalas satu aja dari karunia Allah
yang kita terima selama di dunia, tak akan terbalas, apa lagi untuk
mendapatkan syurgaNya. Jadi, masuk syurga atau tidaknya kita nanti, itu
urusan Allah, itu hak Allah, kewajiban kita hanya menjalankan
perintahNya titik ! Di luar itu, bukan urusan kita.

Bayangkan aja, dari usia yang begitu banyak setelah di total kurang
lebih hanya 5 tahun, itu akumulasi dari sholat kita yang hanya 6 menit
setiap waktunya atau (6 menit X 5 waktu ) 30 menit setiap harinya, mari
kita hitung : Satu tahun itu 365 hari dibagi dengan waktu 30 menit
setiap harinya kita sholat, maka akan di dapat hanya kurang lebih 12
hari dalam setahun kita sholat. Nah kalau usia kita misalnya, taruhlah
mencapai usia 60 tahun, berarti 60 di bagi 12 akan di dapat angka 5, ya
hanya 5 tahun dalam asumsi usia 60 tahun, kalau itu jadikan porsentase,
maka kita dapatkan angka 5:60X100% = 8,33 %.

Bayangkan, kita sholat hanya 8,33 % dari seluruh usia kita yang di
asumsikan 60 tahun, itupun di hitung sejak nol tahun, padahal kita
mengetahui kewajiban sholat baru jatuh pada usia akil balig, kurang
lebih rata-rata usia 15 tahun.

Kalau dipakai rumusan rata-rata ini, maka hitungannya adalah asumsi usia
 dikurangi usia balig di bagi dua belas yaitu 60-15= 45 : 12= 3,75
tahun, jadi lebih sedikit lagi. Kalau di jadikan prosentase 3,75:60
X100%= 6,25 %, nah bayangkan, dalam asumsi usia 60 tahun kita hanya
sholat, 3,75 tahun alias hanya 6,25 % ! Itupun kalau sholatnya lengkap 5
 waktu setiap harinya dari mulai balig sampai usia 60 tahun, kalau
sholatnya bolong-bolong, ya tentu lebih sedikit lagi waktunya untuk
sholat.

Nah inilah makanya nabi mengajarkan kita untuk sholat nawafil,
sholat-sholat sunnat, seperti sholat rawatib, sholat sunnah tahajud,
witir, tarawih, sholat sunnat wudhu dan lain sebagainya, itulah fungsi
sholat sunnat, “menambal” sholat-sholat wajib kita, yang bisa saja
“bolong-bolong”, bolongnya bukan hanya benar-benar meninggalkan sholat
atau niat sholatnya yang salah, bukan karena Allah, tapi riya.

Kembali kepada perhitungan waktu sholat, untuk perempuan lebih sedikit
lagi waktu yang dipergunakan untuk ibadah sholat, sebab perempuan akan
mendapat “tamu bulanan”, yang rata-rata tarulah 10 hari perempuan tiap
bulannya tidak sholat karena mendapat “tamu bulanan “, kalau dihitung 10
 (hari) X 6 (menit) X 5 (waktu) =300 menit berkurang setiap bulan, kalau
 setahun, 300 X 12= 3600 menit, kalau 60 tahun berarti 3600X 60 =216000
menit berkurannya. 216000 menit : 24 = 9000 hari, kalau dijadikan bulan
9000 : 30= 300 bulan, kalau dijadikan tahun di dapat(300 : 12 ) 25 tahun
 !

Jadi untuk perempuan asumsi ibadahnya dalam usia 60 tahun di kurangi
usia balig lalu dikurangi akumultif “tamu bulanan”nya yaitu 60-15-25 =
20 : 12= 1,66 tahun ! Kalau dijadikan prosentase 1,66:60X100%=2,77 %.
Dengan hasil perhitungan ini, wanita secara rata-rata dalam asumsi
usianya yang 60 tahun sholat hanya 1,66 tahun atau hanya 2,77 % saja !
Astagfirullah Hal adziim !

Makanya Nabi pernah bersabda : “ Dalam ibadah sholat wajib secara
rata-rata lelaki ”melibihi “ perempuan” Maaf perempuan jangan marah
dulu, banyak kelebihan lain yang dimiliki perempuan di bandingkan
laki-laki, misalnya hadist yang berbunyi : “ Syurga di bawah telapak
kaki Ibu “ hadist yang lain berbunyi : “ Dunia adalah perhiasan, dan
sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang sholeha “ Bahagialah wahai
kaum wanita, syurga dan dunia ada di tanganmu, yang bicara bukan saya,
Nabi sendiri melalui sabdanya !

Kembali pada ibadah kita, yang bila data atau perhitungan di atas kita
jadikan acuan, niscaya kita malu, malu dan malu sekali pada Allah SWT,
ibadah yang begitu sedikit minta syurga, terkadang minta syurganya pun
tak tanggung-tanggung, syurga Firdaus, syurga tertinggi yang tempatnya
para rosul dan nabi. Dengan fakta-fakta tersebut, maka jika di akherat
nanti kita masuk syurga, itu semata-mata hanya karunia Allah, bukan
karena amalan kita, amalan kita tak cukup untuk memasukan kita ke dalam
syurga, amalan kita tak pantas memasukan kita ke syurga, lagi-lagi itu
hanya karunia Allah pada kita, itu hanya karena Allah Maha Pengasih dan
Maha Penyayang pada kita, kalau tidak karena karunia Allah, maka kita
pantasnya di masukan ke neraka !

Mari kita bermohon kepada Allah, agar Dia memberikan karuniaNya kepada
kita, bukan karena ibadah kita, tapi karuniaNya ! Ya Tuhan kami,
berikanlah kami keselamatan di dunia dan kebahagaian di akherat dan
selamatkanlah kami dari neraka . Amin. Ya Alllah, hamba tak pantas masuk
 syurgaMu, tapi ya Allah, hamba tak sanggup menahan panasnya api
nerakaMu, jangan api di nerakaMu ya Allah, api di dunia saja, sudah
dapat menghancur leburkan daging dan tulang belulang hamba menjadi debu !

Ya Allah, lindungi hamba dari azab kubur dan nerakaMu. Hamba memang tak
pantas masuk syurgaMu, tapi nerakaMu, hamba tak mampu membayangkan
panasnya, apa lagi memasukinya. Api dunia saja sudah dapat membakar
seluruh tubuh kami dan dapat menghancurkan kami menjadi abu, apalagi api
 nerakaMu, yang kalau dihitung dengan derajatnya, nyaris tak terhitung !
 Maka, ya Allah, selamatkan hamba dari nerakaMu ya Allah, masukan hamba
ke dalam syurgaMu yang penuh kenikmatan. Amin.

Ya Allah, hamba memang tak pantas masuk syurgamu, malu hamba masuk
syurgamu dengan amalan yang sedikit hamba miliki, tapi kemana hamba
minta syurga, kecuali padaMu? Kemana hamba memohon ampun, kecuali
kepadaMu? Benar-benar hamba malu, jika dimasukan ke dalam syurgaMu,
karunia mata saja tak dapat hamba membalasnya, apa lagi syurgamu yang
penuh dengan kenikmatan yang tak terpikir oleh manusia<br />
<br />
Copy and WIN : <a href="http://bit.ly/copy_win">http://bit.ly/copy_win</a></div>

Rasa Malu ke Surga Banyak orang yang menyangka kalau sudah rajin sholat, rajin ibadah, pasti “tiket” ke syurga sudah di kantong, seperti dia sudah yakin banget bahwa syurga pasti dimasukinya. Kebanyakan orang lupa bahwa bukan ibadahnya yang menyebabkan dia dapat dimasukan ke dalam syurga, tapi semat-mata karunia Allah SWT. Menagapa? Coba kita lihat uraian berikut ini. Betapapun banyak amal yang kita lakukan, tak sebanding dengan umur yang telah diberikan Allah SWT pada kita, menurut perkiraan kita, kita sudah beramal banyak, nyatanya jika dihitung secara cermat, ibadah kita ternyata hanya sedikit sekali. Faktanya dari kehidupan sehari-hari, waktu untuk tidur lebih banyak dibandingkan waktu ibadah. Coba saja hitung dalam setiap hari, yang riil aja, misalnya, sholat sehari semalam 5 waktu kali rata- rata 6 menit, di jumlah hanya 30 menit saja kita sholat sehari semalam. Sedang kita tidur setiap hari rata-rata 6- 8 jam ! Minim sekali ibadah kita pada Allah, itupun belum tentu diterima Allah, apa lagi kalau dibarengi dengan riya, maka ibadah kita tak bernilai apapun, nilai ibadah kita nol, kalau dibarengi dengan riya, ingin di puji atau alasan lainnya yang bukan karena Allah SWT. Dan kalau mau dihitung-hitung, rasanya tak pantas kita mendapat syurga, tak pantas kita dimasukan ke dalam syurga di akherat nanti, mengapa ? Karena ibadah kita sedikit sekali, sedangkan dosa kita banyak sekali, hampir tiap hari dosa kita lakukan, ada aja dosa yang kita lakukan, ntah dosa kecil yang tidak kita merasa melakukan sampai dosa yang sengaja dilakukan. Dari dosa yang disebabkan anggota tubuh, seperti mata, telinga, mulut, tangan, kaki, hati dan lain sebagainya. Mata berdosa dengan melihat yang bukan haknya, telinga berdosa dengan mendengar hal-hal yang tak baik, mulut berdosa dengan kata-kata yang menyakiti hati orang lain , gibah dan fitnah, begitu juga tangan dan kaki juga berdosa ketika digunakan pada jalan yang dimurkainya. Sedangkan hati ikut berdosa karena, telah merendahkan orang lain dan mengunjingkannya, walaupun tidak dikatakannya. Banyak orang mengira bahwa amal ibadahnya sudah banyak sekali, tapi terkadang lupa, karena ibadahanya sering diikuti dengan niat yang keliru alias bukan karena Allah, tapi ingin di katakan pahlawan, bagi yang perang melawan penjajah, ingin dikatakan dermawan bagi yang menyumbang atau beramal dengan harta, atau ingin disebut ilmuwan bagi yang beramal dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Padahal amal apapun namanya, bila niatnya untuk mencari ridho Allah atau semata-mata hanya karena Allah, itulah amal yang insya Allah akan diterimaNya. Namun bila terjadi sebaliknya, bukan pahala yang didapat, tapi kehinaan dariNya. Bukan syurga yang didapat, bisa jadi malah nereka menjadi tempatnya yang abadi. Jangan pernah beranggapan bahwa kalau kita masuk syurga ( ingat, kalau ! ) itu karena ibadah kita, bukan, bukan ibadah kita yang menyebabkan kita masuk syurga, tapi kasih sayang Allah semata. Karena kalau ibadah yang menyebabkan kita masuk syurga, malu kita ! Ibadah kita amat sangat sedikit sekali, dan kalau untuk membalas satu aja dari karunia Allah yang kita terima selama di dunia, tak akan terbalas, apa lagi untuk mendapatkan syurgaNya. Jadi, masuk syurga atau tidaknya kita nanti, itu urusan Allah, itu hak Allah, kewajiban kita hanya menjalankan perintahNya titik ! Di luar itu, bukan urusan kita. Bayangkan aja, dari usia yang begitu banyak setelah di total kurang lebih hanya 5 tahun, itu akumulasi dari sholat kita yang hanya 6 menit setiap waktunya atau (6 menit X 5 waktu ) 30 menit setiap harinya, mari kita hitung : Satu tahun itu 365 hari dibagi dengan waktu 30 menit setiap harinya kita sholat, maka akan di dapat hanya kurang lebih 12 hari dalam setahun kita sholat. Nah kalau usia kita misalnya, taruhlah mencapai usia 60 tahun, berarti 60 di bagi 12 akan di dapat angka 5, ya hanya 5 tahun dalam asumsi usia 60 tahun, kalau itu jadikan porsentase, maka kita dapatkan angka 5:60X100% = 8,33 %. Bayangkan, kita sholat hanya 8,33 % dari seluruh usia kita yang di asumsikan 60 tahun, itupun di hitung sejak nol tahun, padahal kita mengetahui kewajiban sholat baru jatuh pada usia akil balig, kurang lebih rata-rata usia 15 tahun. Kalau dipakai rumusan rata-rata ini, maka hitungannya adalah asumsi usia dikurangi usia balig di bagi dua belas yaitu 60-15= 45 : 12= 3,75 tahun, jadi lebih sedikit lagi. Kalau di jadikan prosentase 3,75:60 X100%= 6,25 %, nah bayangkan, dalam asumsi usia 60 tahun kita hanya sholat, 3,75 tahun alias hanya 6,25 % ! Itupun kalau sholatnya lengkap 5 waktu setiap harinya dari mulai balig sampai usia 60 tahun, kalau sholatnya bolong-bolong, ya tentu lebih sedikit lagi waktunya untuk sholat. Nah inilah makanya nabi mengajarkan kita untuk sholat nawafil, sholat-sholat sunnat, seperti sholat rawatib, sholat sunnah tahajud, witir, tarawih, sholat sunnat wudhu dan lain sebagainya, itulah fungsi sholat sunnat, “menambal” sholat-sholat wajib kita, yang bisa saja “bolong-bolong”, bolongnya bukan hanya benar-benar meninggalkan sholat atau niat sholatnya yang salah, bukan karena Allah, tapi riya. Kembali kepada perhitungan waktu sholat, untuk perempuan lebih sedikit lagi waktu yang dipergunakan untuk ibadah sholat, sebab perempuan akan mendapat “tamu bulanan”, yang rata-rata tarulah 10 hari perempuan tiap bulannya tidak sholat karena mendapat “tamu bulanan “, kalau dihitung 10 (hari) X 6 (menit) X 5 (waktu) =300 menit berkurang setiap bulan, kalau setahun, 300 X 12= 3600 menit, kalau 60 tahun berarti 3600X 60 =216000 menit berkurannya. 216000 menit : 24 = 9000 hari, kalau dijadikan bulan 9000 : 30= 300 bulan, kalau dijadikan tahun di dapat(300 : 12 ) 25 tahun ! Jadi untuk perempuan asumsi ibadahnya dalam usia 60 tahun di kurangi usia balig lalu dikurangi akumultif “tamu bulanan”nya yaitu 60-15-25 = 20 : 12= 1,66 tahun ! Kalau dijadikan prosentase 1,66:60X100%=2,77 %. Dengan hasil perhitungan ini, wanita secara rata-rata dalam asumsi usianya yang 60 tahun sholat hanya 1,66 tahun atau hanya 2,77 % saja ! Astagfirullah Hal adziim ! Makanya Nabi pernah bersabda : “ Dalam ibadah sholat wajib secara rata-rata lelaki ”melibihi “ perempuan” Maaf perempuan jangan marah dulu, banyak kelebihan lain yang dimiliki perempuan di bandingkan laki-laki, misalnya hadist yang berbunyi : “ Syurga di bawah telapak kaki Ibu “ hadist yang lain berbunyi : “ Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang sholeha “ Bahagialah wahai kaum wanita, syurga dan dunia ada di tanganmu, yang bicara bukan saya, Nabi sendiri melalui sabdanya ! Kembali pada ibadah kita, yang bila data atau perhitungan di atas kita jadikan acuan, niscaya kita malu, malu dan malu sekali pada Allah SWT, ibadah yang begitu sedikit minta syurga, terkadang minta syurganya pun tak tanggung-tanggung, syurga Firdaus, syurga tertinggi yang tempatnya para rosul dan nabi. Dengan fakta-fakta tersebut, maka jika di akherat nanti kita masuk syurga, itu semata-mata hanya karunia Allah, bukan karena amalan kita, amalan kita tak cukup untuk memasukan kita ke dalam syurga, amalan kita tak pantas memasukan kita ke syurga, lagi-lagi itu hanya karunia Allah pada kita, itu hanya karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada kita, kalau tidak karena karunia Allah, maka kita pantasnya di masukan ke neraka ! Mari kita bermohon kepada Allah, agar Dia memberikan karuniaNya kepada kita, bukan karena ibadah kita, tapi karuniaNya ! Ya Tuhan kami, berikanlah kami keselamatan di dunia dan kebahagaian di akherat dan selamatkanlah kami dari neraka . Amin. Ya Alllah, hamba tak pantas masuk syurgaMu, tapi ya Allah, hamba tak sanggup menahan panasnya api nerakaMu, jangan api di nerakaMu ya Allah, api di dunia saja, sudah dapat menghancur leburkan daging dan tulang belulang hamba menjadi debu ! Ya Allah, lindungi hamba dari azab kubur dan nerakaMu. Hamba memang tak pantas masuk syurgaMu, tapi nerakaMu, hamba tak mampu membayangkan panasnya, apa lagi memasukinya. Api dunia saja sudah dapat membakar seluruh tubuh kami dan dapat menghancurkan kami menjadi abu, apalagi api nerakaMu, yang kalau dihitung dengan derajatnya, nyaris tak terhitung ! Maka, ya Allah, selamatkan hamba dari nerakaMu ya Allah, masukan hamba ke dalam syurgaMu yang penuh kenikmatan. Amin. Ya Allah, hamba memang tak pantas masuk syurgamu, malu hamba masuk syurgamu dengan amalan yang sedikit hamba miliki, tapi kemana hamba minta syurga, kecuali padaMu? Kemana hamba memohon ampun, kecuali kepadaMu? Benar-benar hamba malu, jika dimasukan ke dalam syurgaMu, karunia mata saja tak dapat hamba membalasnya, apa lagi syurgamu yang penuh dengan kenikmatan yang tak terpikir oleh manusia

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Read More ->>

SEDIKIT RENUNGAN BUAT KITA YANG MASIH MUDA

Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam hidupnya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong. Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya. Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang. Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus. Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan Biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga. Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya. Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung. Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan. Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka? Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan? Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya. Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri. Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat - sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya. Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung. Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita. Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini. Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua. When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU! Love your parents in anyway they are...
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.